Category: Spiritual



Hukum Sihir Dan Perdukunan.

Segala puji hanya kepunyaan Allah, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan umat, Nabi besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang tiada lagi Nabi sesudahnya.

Akhir-akhir ini banyak sekali tukang-tukang ramal yang mengaku dirinya sebagai tabib, dan mengobati orang sakit dengan jalan sihir atau perdukunan. Mereka kini banyak menyebar di berbagai negeri; orang-orang awam yang tidak mengerti sudah banyak menjadi korban pemerasan mereka. Baca lebih lanjut

Puasa sebagai Madrasah Ruhaniah


“… Ikhlas, pembersihan diri, Ikhsan dan Ibadah, merupakan bagian dari pelajaran Shaum. Apabila kualitas ini dilanjutkan oleh kaum muslim, dunia tidak akan kehabisan orang-orang suci.  Ke empat kualitas ini akan sanggup memberikan keharuan imani pada kegersangan intelektual, timbangan keadilan pada kepongahan kekuasaan, kelembutan kasih saying pada kekasaran kekayaan, keutuhan insani pada kemanusiaan yang bercacat … “.

Puluhan tahun  yang lahu, puluhan rektor universitas Amerika berkumpul dalam suatu konferensi di  Universitas Michigan. Mereka seakan tersentak, ketika Dr. Benjamin  E. Mays, Rektor Morehouse College, Georgia, berkata : “ Kita memiliki orang-orang terdidik yang jauh lebih banyak sepanjang sejarah. Kita juga memiliki lulusan-lulusan perguruan tinggi yang lebih banyak. Namun, kemanusiaan kita adalah kemanusiaan yang berpenyakit……… Bukan pengetahuan yang kita butuhkan ; kita sudah punya pengetahuan. Kemanusiaan sedang membutuhkan sesuatu yang spiritual.” Baca lebih lanjut


“Bagaimana  hal-hal biasa bisa ditundukkan padamu? Sedangkan anda tidak pernah menundukkan kebiasaan nafsumu?”

Ada ha-hal luar biasa yang biasanya muncul pada para Sufi yang kelak disebut sebagai karomah. Tentu hal yang luar biasaitu tidak akan pernah muncul selama manusia tidak pernah menundukkan dirinya sendiri, dan karenanya hal-hal biasa juga tak pernah tertundukkan.

Hal yang luar biasa itu justru terletak pada keberanian seseorang untuk mengeluarkan dirinya dari dirinya, sebagaimana pandangan para Sufi, “Hakikatmu adalah keluarmu dari dirimu.” Maksudnya kita bisa mengeluarkan hasrat nafsu kita dari diri kita. Baca lebih lanjut


Yang terpenting bukannya tercapainya apa yang engkau cari, tetapi yang penting adalah engkau dilimpahi rizki adab yang baik”

Dalam ajaran thariqat Sufi, adalah yang terpenting bukannya tercapainya apa yang engkau cari, tetapi yang penting adalah engkau dilimpahi rizki adab

yang baik terwujudnya apa yang diinginkan (sukses), tetapi lebih penting dari itu semua kita dikaruniai adab yang bagus. Baik adab dengan Allah, adab dengan Rasulullah saw, adab dengan para Syeikh, para Ulama, adab dengan sahabat, keluarga, anak dan isteri, dan adan dengan sesama makhluk Allah Ta’ala.

Apa yang ada di sisi Allah swt, tidak bisa diraih dengan berbagai upaya sebab akibat, namun kita harus mewujudkan adab yang baik di hadapanNya, karena dengan adab itulah ubudiyah akan terwujud. Allah swt, berfirman: “Agar Allah menguji mereka, manakah diantara mereka yang terbaik amalnya.” (Al-Kahfi: 7), Allah tidak menyebutkan bahwa yang terbaik itu adalah yang terbanyak suksesnya, juga bukan yang terbaik adalah raihan besarnya. Baca lebih lanjut


“Seandainya saja anda tidak sampai (wushul) padaNya, kecuali harus melalui sirnanya keburukan-keburukan anda, dan terhapusnya klaim-klaim anda, maka anda pasti tidak akan pernah sampai kepadaNya selama-lamanya.

Namun, apabila Allah Ta’ala hendak mewushulkan dirimu padaNya, maka Allah menutupi sifatmu dengan SifatNya, dan menirai karaktermu dengan KarakterNya. Maka Wushul anda kepadaNya, adalah karena dari Dia kepadamu, bukan dari dirimu kepadaNya.”

Wushul kepada Allah adalah mengenal Allah dan segala hal dirinya berada dalam liputan Ilahi. Namun bila Allah hendak mewushulkan anda, Allah Ta’ala menutupi dan menirai sifat-sifat anda, dengan Sifat-sifat Allah Ta’ala, dengan jalan Allah menfanakan anda dan mentajalikan Baqo’ Nya, dan semua itu tidak akan terjadi manakala tidak ada kematian nafsu, pengkasan ego kepala, dan penyerahan ruh, dan menyerahkan segala hal yang bersifat duniawi. Baca lebih lanjut


“Kalau bukan karena indahnya tutupnya Allah swt, maka tak satu pun amal diterima.”Kenapa demikian? Sebab nafsu manusia senantiasa kontra dengan kebajikan, oleh sebab itu jika mempekerjakan nafsu, haruslah dikekang dari sifat atau karakter aslinya.

Dalam firmanNya: “Siapa yang yang menjaga nafsunya, maka mereka itulah orang-orang yang menang dan bahagia.”(Al-Hasyr 9)

Nafsu, ketika masuk dalam kinerja amaliah, sedangkan nafsu itu dasarnya adalah cacat, maka yang terproduksi nafsu dalam beramal senantiasa cacat pula. Kalau toh dinilai sempurna, nafsu masih terus meminta imbal balik, dan menginginkan tujuan tertentu, sedangkan amal itu inginnya malah ikhlas. Jadi seandainya sebuah amal diterima semata-mata bukan karena amal ansich, tetapi karena karunia Allah Ta’ala pada hambaNya, bukan karena amalnya. Baca lebih lanjut


Shalat Sunnat Tasbih disebut demikian karena di dalamnya dibacakan tasbih sehingga dalam 4 (empat) rakaat berjumlah 300 (tiga ratus) tasbih. Shalat Tasbih ini sangat dianjurkan oleh Rosulullah SAW untuk diamalkan, kalau bisa setiap malam, kalau tidak bisa tiap malam maka sekali seminggu, kalau juga tidak sanggup sekali seminggu, dapat juga dilakukan sebulan sekali atau setahun sekali dan kalau tidak bisa sekali setahun, setidak-tidaknya sekali seumur hidup.

Tentang fadhilah atau keutamaan Shalat Sunnat Tasbih perhatikan Hadist tersebut ini, bersabda Rosulullah SAW :

“Hai Abbas ! Wahai paman ! Sukakah kamu apabila aku beri, maukah kamu apabila aku pameri, bolehkan (kiranya) aku memberi petunjuk kepadamu yaitu : Sepuluh hal yang penting, yang apabila kamu lakukan akan diampuni Allah dosamu, yang awal dan yang akhir, yang lama dan yang baru, yang disengaja maupun tidak, yang kecil maupun yang besar, yang tersembunyi maupun yang nyata. Sepuluh hal yang penting yaitu : Agar kamu melakukan Shalat empat rakaat, membaca dalam tiap-tiap rakaat surah Al-Fatihah dan surah lainnya apa saja, apabila selesai dari yang dibaca itu (yakni surah), dalam rakaat pertama, bacalah kamu dalam berdiri “Subhanallahi wal hamdulillahi walaa ilaaha illallaahu wallaahu akbar”, lima belas kali lalu ruku’ dan bacalah kamu dalam ruku’ sepuluh kali tasbih. Lalu angkat kepalamu dari ruku’ (I’tidal) dan bacalah tasbih sepuluh kali. Lalu turun bersujud dan bacalah dalam sujud sepuluh kali tasbih. Lalu angkat kepalamu dari sujud (duduk antara dua sujud) dan bacalah sepuluh kali tasbih. Lalu sujud lagi dan ucapkanlah sepuluh kali tasbih. Lalu angkat kepalamu (dari sujud) dan ucapkanlah sepuluh kali tasbih. Ini jumlahnya tujuh puluh lima dalam tiap-tiap satu rakaat. Apabila kamu dapat melakukan shalat ini dalam sehari sekali maka lakukanlah, dan apabila tidak maka dalam tiap-tiap jum’at sekali. Apabila tidak dapat maka dalam sebulan sekali, apabila tidak dapat maka dalam seumur hidup sekali. (HR. Ibnu Majah) Baca lebih lanjut


Kisah-kisah nyata dari Keajaiban Shalat Hajat
Banyak orang yang tidak mengetahui tentang syari’at shalat hajat dan keutamaan yang terkandung di dalamnya. Padahal, shalat ini disyariatkan  bagi setiap muslim, terutama ketika memiliki permasalahan atau kebutuhan. Padahal, kita selalu memiliki permasalahan dalam hidup kita, baik itu kecil, besar, mudah, maupun rumit. Dalam skala prioritasnya, terkadang orang lebih menggantungkan kepada usaha-usaha belaka, tanpa mengadukannya kepada Allah melalui shalat.

Sementara itu, Allah telah memerintahkan kepada umat Islam untuk meminta tolong (dalam setiap keluhan dan permasalahan) kepada-Nya melalui shalat dan bersabar.

Dalam buku “Keajaiban Shalat Hajat” yang ditulis oleh Ibnu Thahir, telah banyak para sholihin atau hamba Allah yang mendapatkan keajaiban shalat hajat ini, bahkan secara spontan. Sebagimana yang terdapat di bawah ini:

A. Menghidupkan Keledai yang Mati
Diriwayatkan dari Abu Sirah an-Nakh’iy, dia berkata, “Seorang laki-laki menempuh perjalanan dari Yaman. Di tengah perjalan keledainya mati, lalu dia mengambil wudhu kemudian shalat dua rakaat, setelah itu berdoa. Dia mengucapkan, “Ya Allah, sesungguhnya saya datang dari negeri yang sangat jauh guna berjuang di jalan-Mu dan mencari ridha-Mu. Saya bersaksi bahwasanya Engkau menghidupkan makhluk yang mati dan membangkitkan manusia dari kuburnya, janganlah Engkau jadikan saya berhutang budi terhadap seseorang pada hari ini. Pada hari ini saya memohon kepada Engkau supaya membangkitkan keledaiku yang telah mati ini.” Maka, keledai itu bangun seketika, lalu mengibaskan kedua telinganya.” (HR Baihaqi; ia mengatakan, sanad cerita ini shahih) Baca lebih lanjut